Kalau kamu punya bisnis, baik kecil maupun besar, hal pertama yang wajib kamu pahami adalah: seberapa menguntungkankah bisnismu? Di sinilah rasio profitabilitas berperan penting.
Secara sederhana, rasio profitabilitas adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa efektif perusahaan menghasilkan laba dari penjualannya, asetnya, atau ekuitasnya. Bukan cuma angka di laporan laba rugi, tapi indikator vital untuk melihat apakah bisnismu sehat atau malah pelan-pelan merugi.
Fungsi utamanya adalah sebagai:
-
Indikator efisiensi operasional
-
Ukuran performa keuangan
-
Dasar pengambilan keputusan manajerial
-
Pertimbangan utama bagi investor dan kreditor
Dengan memahami rasio ini, kamu bisa mengetahui apakah bisnismu sudah optimal atau masih bocor di sana-sini. Gampangnya, ini adalah alat cek kesehatan keuangan usahamu.
Rasio Profitabilitas Rumus: Cara Menghitung dan Menganalisis
Setiap jenis rasio profitabilitas punya rumus sendiri. Tapi semua punya tujuan yang sama: mengukur seberapa baik kamu mengubah pendapatan menjadi keuntungan.
Berikut langkah dasarnya:
-
Ambil data dari laporan keuangan
Biasanya yang dipakai adalah laba kotor, laba operasional, laba bersih, total aset, dan ekuitas pemilik. -
Gunakan rumus yang sesuai
Setiap rasio punya rumus tertentu, nanti akan dijelaskan di bagian bawah. -
Bandingkan dengan periode sebelumnya atau standar industri
Angka rasio itu nggak ada artinya kalau berdiri sendiri. Harus dibandingkan! -
Analisis tren dan penyebab
Jika laba menurun, apa penyebabnya? Biaya naik? Penjualan turun?
Contohnya, jika kamu menghitung Net Profit Margin (NPM) dan hasilnya hanya 2%, itu artinya dari setiap Rp100 pendapatan, kamu cuma dapat Rp2 untung bersih. Apakah ini sehat? Tergantung industrinya. Tapi jelas, ini alarm buat kamu evaluasi biaya dan strategi pemasaran.
Apa Saja yang Termasuk Rasio Profitabilitas? Jenis-Jenis Utama
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang umum digunakan dalam dunia bisnis dan analisis keuangan. Berikut ini jenis-jenis utamanya:
-
Gross Profit Margin (GPM)
Mengukur efisiensi produksi dan harga pokok penjualan. -
Operating Profit Margin (OPM)
Menunjukkan efisiensi operasional perusahaan. -
Net Profit Margin (NPM)
Menilai laba bersih dari seluruh penjualan. -
Return on Assets (ROA)
Mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari asetnya. -
Return on Equity (ROE)
Menunjukkan pengembalian atas ekuitas pemilik usaha.
Setiap jenis rasio memberi sudut pandang yang berbeda. GPM fokus pada produksi, OPM lihat efisiensi operasional, NPM lihat keuntungan akhir, ROA dan ROE lihat efisiensi modal. Kombinasi semuanya memberi gambaran menyeluruh.
Rasio Profitabilitas yang Baik: Standar dan Tolak Ukur Industri
“Berapa sih rasio profitabilitas yang dianggap bagus?”
Jawabannya: tergantung industrinya.
Misalnya:
-
Retail atau makanan cepat saji biasanya punya GPM rendah (sekitar 20–30%) tapi perputaran cepat.
-
Industri teknologi bisa punya GPM tinggi (70–80%) karena biaya produksi relatif kecil.
-
NPM rata-rata yang sehat biasanya 10–15% tergantung jenis usaha.
-
ROA yang baik berkisar di atas 5%.
-
ROE sehat biasanya di atas 10–15%.
Yang penting bukan hanya angkanya, tapi tren-nya. Kalau ROA bisnismu turun terus selama 3 kuartal terakhir, berarti ada masalah manajemen aset. Bisa jadi banyak piutang macet, atau mesin produksimu tidak efisien lagi.
Jadi, angka bagus itu relatif. Yang paling penting, kamu tahu sejauh mana angka tersebut mencerminkan efisiensi usahamu dibanding kompetitor.
Rumus Rasio Profitabilitas Populer (GPM, OPM, NPM, ROA, ROE)
Mari kita bahas rumus lima rasio profitabilitas paling umum:
1. Gross Profit Margin (GPM)
Rumus:
(Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Fungsi:
Menunjukkan persentase keuntungan setelah dikurangi biaya pokok produksi.
Contoh:
Jika penjualan Rp100 juta dan HPP Rp60 juta → GPM = (40/100) x 100% = 40%
2. Operating Profit Margin (OPM)
Rumus:
(Laba Operasional / Penjualan Bersih) x 100%
Fungsi:
Mengukur laba yang diperoleh dari operasi utama sebelum pajak dan bunga.
3. Net Profit Margin (NPM)
Rumus:
(Laba Bersih / Penjualan Bersih) x 100%
Fungsi:
Mengukur persentase keuntungan bersih dari penjualan setelah semua beban.
4. Return on Assets (ROA)
Rumus:
(Laba Bersih / Total Aset) x 100%
Fungsi:
Menunjukkan efisiensi pemanfaatan aset perusahaan.
5. Return on Equity (ROE)
Rumus:
(Laba Bersih / Ekuitas Pemilik) x 100%
Fungsi:
Menilai seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dari dana pemilik.
Semua rumus di atas tersedia dan bisa kamu hitung sendiri dari laporan laba rugi dan neraca. Kalau kamu belum terbiasa, kamu bisa gunakan Kamus Keuangan OJK untuk referensi istilah dan konsep keuangan resmi.
Contoh Penggunaan Rasio Profitabilitas dalam Evaluasi Bisnis
Bayangkan kamu punya bisnis kafe. Kamu ingin tahu apakah bisnismu masih menguntungkan.
Berikut datanya:
-
Penjualan: Rp150 juta
-
HPP: Rp90 juta
-
Biaya operasional: Rp30 juta
-
Laba bersih: Rp20 juta
-
Total aset: Rp250 juta
-
Ekuitas pemilik: Rp100 juta
Maka perhitungannya:
-
GPM = (150 – 90)/150 x 100% = 40%
-
OPM = (150 – 90 – 30)/150 x 100% = 20%
-
NPM = (20/150) x 100% = 13.3%
-
ROA = (20/250) x 100% = 8%
-
ROE = (20/100) x 100% = 20%
Dari sini, kamu bisa simpulkan: bisnis cukup efisien, margin sehat, dan penggunaan ekuitas sangat efektif.
Kalau tahun depan rasio-rasio ini turun, berarti ada yang perlu diperbaiki. Mungkin biaya naik, mungkin penjualan stagnan. Gunakan rasio sebagai alat analisis, bukan sekadar laporan.
Kapan Perlu Gunakan Rasio Profitabilitas?
Aku pribadi selalu menyarankan untuk menggunakan rasio profitabilitas secara berkala. Setidaknya:
-
Setiap akhir bulan untuk bisnis skala kecil-menengah
-
Setiap kuartal untuk bisnis menengah-besar
-
Setiap akan ambil keputusan penting: ekspansi, peminjaman modal, rebranding
Dengan rutin menganalisis, kamu akan tahu pola keuangan usahamu. Kamu bisa prediksi kapan penjualan turun, kapan biaya naik, dan bagaimana dampaknya terhadap laba.
Lebih penting lagi, rasio ini bikin kamu nggak asal feeling saat ambil keputusan. Semua berbasis data.
Peran Rasio Profitabilitas untuk Investor dan Kreditur
Bukan cuma pemilik bisnis, investor dan kreditur juga sangat memperhatikan rasio profitabilitas sebelum mereka menyuntik dana.
-
Investor melihat ROE dan NPM sebagai indikator apakah uang mereka akan berkembang.
-
Bank atau kreditur akan mengecek ROA dan OPM untuk menilai kemampuan perusahaan bayar utang.
-
Pemegang saham memakai rasio ini untuk memutuskan apakah akan jual, beli, atau tahan saham mereka.
Jika kamu bisa menyajikan rasio profitabilitas dengan baik dan transparan, itu akan meningkatkan kredibilitas bisnismu. Kamu lebih mudah dapat pinjaman, mitra, dan kepercayaan pasar.
Kesalahan Umum dalam Menganalisis Rasio Profitabilitas
Meskipun kelihatannya sederhana, ada beberapa kesalahan yang sering terjadi:
-
Salah ambil data
Salah input angka dari laporan keuangan bisa bikin analisis meleset jauh. -
Terlalu fokus pada satu rasio saja
Satu rasio bisa menyesatkan kalau nggak dibandingkan dengan yang lain. -
Tidak mempertimbangkan tren waktu
Bandingkan rasio dari tahun ke tahun, bukan hanya satu titik waktu. -
Tidak memperhitungkan industri
Bandingkan dengan benchmark yang sesuai. ROE 10% mungkin bagus di satu industri, tapi buruk di lainnya. -
Mengabaikan faktor non-keuangan
Kadang bisnis sehat secara angka tapi punya masalah brand, karyawan, atau pelanggan. Rasio tetap perlu dipadukan dengan observasi lapangan.
Kesimpulan: Rasio Profitabilitas sebagai Indikator Kesehatan Finansial Perusahaan
Rasio profitabilitas bukan sekadar rumus yang dipelajari di kelas akuntansi. Ia adalah alat ukur financial utama untuk memastikan arah bisnismu masih sesuai jalur. Dari GPM, OPM, NPM, hingga ROA dan ROE, semua menyampaikan pesan penting tentang efisiensi, efektivitas, dan potensi pertumbuhan.
Memahaminya dengan benar akan memberimu keunggulan dalam membaca peta keuangan, menentukan strategi, dan memprediksi risiko. Bukan hanya buat bisnis besar, tapi juga buat kamu yang sedang rintis usaha kecil. Jangan anggap sepele angka-angka ini.
Karena di balik setiap rasio, ada cerita tentang bisnis yang sedang kamu bangun—apakah ia sehat, tumbuh, atau butuh pertolongan.
Perhitungan yang juga harus pas setiap tahun dan bulannya: Laba Ditahan: Rahasia Pendanaan Internal untuk Ekspansi Bisnis