People Analytics: Baca Data Karyawan Biar Team Lebih Solid!

JAKARTA, opinca.sch.id – Jujur aja, waktu pertama denger istilah People Analytics, gue langsung mikir: “Waduh, ini sih pasti buat perusahaan gede yang punya data analyst segudang dan budget tanpa batas.” Tapi ternyata, setelah nyemplung ke dunia HR dan coba-coba implementasi sendiri (dengan segala trial and error-nya!), gue jadi sadar: People Analytics itu penting banget buat bikin keputusan manajemen yang lebih manusiawi dan tepat sasaran.

Apa Itu People Analytics dan Kenapa Penting Banget?

People Analytics

Gue sering bilang ke teman-teman: People Analytics itu cara liat manusia lewat data, bukan ngerobotin mereka. Lebih ke “yuk kita lihat data dulu sebelum ambil keputusan.”

Contohnya, waktu tim gue mengalami turnover tinggi, kita pakai data HR buat nyari akar masalah. Ternyata, salah satunya karena jam kerja yang kurang fleksibel. Setelah dicoba ubah ke jam kerja hybrid dan fleksibel, absensi membaik 20% dalam 3 bulan. People Analytics bener-bener ngebantu lihat pola yang selama ini nggak kelihatan.

Belajar dari Kesalahan: Saat Data Malah Bikin Bingung

Gue pernah banget salah baca data engagement. Nilainya tinggi banget, gue pikir tim udah happy semua. Tapi ternyata, mereka ngerasa surveinya nggak benar-benar anonim. Akibatnya, hasilnya bias dan kita sempet bikin keputusan yang meleset.

Akhirnya, sistem survei diubah—benar-benar anonim dan transparan. Hasilnya? Feedback lebih jujur, bahkan ide sederhana kayak bikin ruang santai langsung dieksekusi. Impact-nya? Karyawan lebih betah dan suasana kerja jadi lebih cair.

Tips Memulai People Analytics Tanpa Harus Ribet

  1. Mulai dari data receh kayak absensi, produktivitas, dan engagement. Nggak perlu software mahal, Excel aja cukup buat awal.

  2. Pastikan data jadi bahan diskusi dengan manajemen. Insight yang actionable itu kunci!

  3. Libatkan karyawan. Mereka tahu realita lapangan lebih dalam dibanding angka.

  4. Bangun trust. Data HR itu sensitif. Pastikan karyawan merasa aman.

  5. Evaluasi dan diskusi bareng. Jangan jadikan data HR eksklusif milik HR doang.

Studi Kasus: Data Rekrutmen yang Lebih Cerdas

Dulu, rekrutmen gue cuma andalkan CV dan IPK. Tapi waktu kita analisa data karyawan yang bertahan >2 tahun, muncul pola: mereka yang sering ikut pelatihan dan suka belajar, lebih tahan banting.

Akhirnya, kita ubah pendekatan rekrutmen: nggak cuma cari yang ‘bagus di atas kertas’, tapi juga yang punya growth mindset. Hasilnya, tingkat turnover menurun signifikan.

Kesalahan Fatal dalam Penerapan People Analytics

  1. Cuma kumpulin data, tapi nggak tahu buat apa. Gue pernah ngumpulin banyak angka, tapi pas ditanya action-nya? Gue blank.

  2. Overanalyze sampai gagal ambil keputusan. Terlalu banyak mikir, akhirnya momentum lewat.

Solusinya? Selalu mulai dari goal—apa pertanyaan yang mau dijawab dari data ini?

People Analytics Bikin Budaya Kerja Lebih Sehat

Ini yang paling bikin gue bangga. Setelah data produktivitas dicocokin sama kebiasaan tidur, ternyata karyawan yang tidur cukup lebih produktif 14%!

Kita usulin kebijakan “No Chat After 9PM”, dan ternyata efektif banget! Kerja lebih fokus, mental lebih sehat. Data HR bukan cuma buat performa, tapi juga untuk kesehatan dan keseimbangan kerja.

Tools Sederhana Buat Bantu People Analytics

  • Google Sheets/Excel: Cocok banget buat awal, terutama untuk data absen, performa, dan scoring.

  • HRIS lokal seperti Talenta dan Gadjian: Ada dashboard HR analytics, enak buat presentasi ke Management.

  • SurveyMonkey/Google Forms: Bantu dapetin data engagement atau kepuasan kerja.

Jangan Takut Gagal, Trial & Error Itu Bagian dari Proses

Gue juga pernah narik data salah, sampai akhirnya insight-nya ngawur. Tapi dari situ gue belajar. Trial and error justru bikin makin jago.

Saran gue: cari mentor, gabung komunitas HR/People Analytics di Telegram, dan rutin konsumsi konten podcast HR. Ilmu itu ada di mana-mana asal kita mau nyari.

Ayo Mulai! Meski Data Receh, Dampaknya Nyata

Tim kecil pun bisa banget manfaatin People Analytics. Bahkan, keputusan kecil dari data bisa berdampak besar kalau tepat sasaran. Jangan tunggu punya ratusan karyawan dulu buat mulai ngelola data.

Trust me, insight kecil lebih berguna daripada data bombastis yang nggak dilanjutin apa-apa.

Bacalah artikel lainnya: KPI Karyawan: Gagal, Bangkit, dan Akhirnya Ngerti!

Author

Scroll to Top