Jakarta, opinca.sch.id – Bayangkan sebuah perusahaan logistik besar yang menangani ribuan paket setiap hari. CEO mungkin jadi wajah di media, tapi di balik layar, ada satu tokoh yang jadi otak dari semua yang terjadi secara teknis: pemimpin operasional.
Ya, mereka bukan cuma kepala divisi. Mereka adalah arsitek sistem kerja. Orang yang memastikan bahwa roda produksi berputar, vendor berjalan sesuai perjanjian, SDM berada di posisi yang tepat, dan deadline dikawal tanpa kompromi.
Namun sayangnya, peran pemimpin operasional sering luput dari sorotan, padahal keberhasilan perusahaan sangat bergantung pada bagaimana operasional dijalankan sehari-hari.
Kita ambil contoh nyata: di tahun 2020, salah satu marketplace terbesar di Indonesia bisa tetap bertahan dan bahkan berkembang meski pandemi memukul sektor retail. Kenapa? Karena tim operasional mereka cepat menyesuaikan sistem kerja, mengatur logistik darurat, dan memastikan distribusi tetap berjalan. Pemimpin operasional-lah dalang di balik kesigapan itu.
Namun, untuk bisa menjalankan peran sebesar itu, seseorang tidak cukup hanya punya jabatan. Ia butuh leadership yang matang, sistem berpikir yang tajam, dan mental baja.
Skill dan Sikap yang Wajib Dimiliki Pemimpin Operasional
Menjadi pemimpin operasional bukan hanya soal paham SOP atau jago bikin Excel spreadsheet. Ini tentang kombinasi kompetensi teknis dan soft skills yang sangat spesifik. Berikut daftar kualitas utama yang harus dimiliki:
1. Pemikiran Sistemik (Systemic Thinking)
Operasional selalu menyentuh banyak lini: produksi, gudang, HR, logistik, hingga finance. Maka seorang pemimpin operasional harus mampu melihat gambaran besar—bukan sekadar satu titik masalah, tapi juga hubungan antarbagian.
Contoh: jika pengiriman barang lambat, ia tak langsung menyalahkan kurir. Ia akan memetakan: apakah masalahnya di gudang, sistem input, atau kapasitas armada?
2. Kepemimpinan Delegatif tapi Tegas
Pemimpin operasional tidak bisa turun tangan semua hal. Ia harus tahu kapan mendelegasikan dan kapan mengintervensi langsung. Tapi saat mengambil keputusan, ia harus siap berdiri di depan.
Kata seorang kepala operasional startup logistik: “Kalau anak-anak saya salah, itu tanggung jawab saya. Tapi saya pastikan mereka tahu kenapa keputusan itu dibuat.”
3. Komunikasi Interdepartemen yang Jelas
Operasional bersinggungan dengan banyak divisi. Seorang pemimpin operasional harus menjadi jembatan antar-tim, dan menyampaikan arahan dengan jelas dan lugas. Tidak boleh abu-abu atau multitafsir.
Ia harus bisa bicara dengan HR soal jadwal lembur, dengan finance soal cash flow, dengan vendor soal SLA, dan tetap bisa diskusi strategis dengan manajemen.
4. Tahan Tekanan dan Punya Mental Problem Solver
Operasional = kerja cepat + banyak masalah. Tidak semua hari berjalan mulus. Justru seorang pemimpin operasional harus terbiasa dengan chaos. Ia tidak boleh panik. Ia harus punya pendekatan “berpikir solusi”, bukan menyalahkan.
5. Konsisten dan Fair
Keputusan operasional tidak bisa berubah-ubah setiap hari. Maka konsistensi dan keadilan sangat penting. Kalau satu tim diminta masuk tepat waktu, semua harus patuh. Jika satu vendor diberi penalty, vendor lain juga harus dapat perlakuan serupa.
Tantangan Sehari-hari Pemimpin Operasional (Dan Cara Menghadapinya)
Berikut ini adalah sejumlah tantangan yang sering dihadapi pemimpin operasional, lengkap dengan cara realistis mengatasinya:
1. Masalah Karyawan: Absensi, Komplain, dan Kinerja Tidak Stabil
Solusinya: bangun sistem evaluasi dan rotasi yang adil. Sediakan training ringan tapi rutin, dan jangan lupa komunikasi terbuka.
2. Vendor Tidak Konsisten
Solusinya: miliki database vendor dengan rating performa. Jadwalkan evaluasi per kuartal, dan bangun komunikasi berbasis data, bukan emosi.
3. Ketidaksesuaian Target dan Kapasitas
Kadang target dari manajemen terlalu tinggi dibanding realita operasional. Pemimpin operasional harus jadi negosiator: sampaikan batas kemampuan tim secara profesional, sambil tetap mencari win-win.
4. Konflik antar Divisi
Solusinya: buat SOP lintas divisi yang jelas. Bentuk tim taskforce atau PIC kolaboratif untuk proyek-proyek sensitif.
5. Kurangnya Dukungan Teknologi
Kalau sistem pelaporan masih manual, tugas operasional bisa berantakan. Pemimpin harus paham tools digital dan mampu mengusulkan perubahan sistem—mulai dari dashboard, task tracker, sampai software SCM atau ERP.
Langkah-Langkah Menjadi Pemimpin Operasional yang Andal
Jadi, bagaimana sebenarnya langkah konkret untuk menjadi pemimpin operasional yang solid?
Langkah 1: Kuasai Proses dari Hulu ke Hilir
Pahami alur kerja, dari permintaan awal, proses, sampai output akhir. Jangan cuma duduk di kantor, tapi turun ke lapangan. Ngobrol dengan staff gudang, kurir, atau admin logistik. Lihat sendiri realitanya.
Langkah 2: Bangun SOP dan Panduan Tertulis
Jangan hanya mengandalkan ingatan atau briefing lisan. Semua harus tertulis dan mudah diakses. Panduan SOP ini menjadi “kitab suci” yang menjaga proses tetap rapi.
Langkah 3: Gunakan Data untuk Ambil Keputusan
Jangan hanya berdasarkan feeling. Cek dashboard performa, KPI, dan histori kejadian. Data adalah amunisi untuk negosiasi, evaluasi, dan keputusan yang objektif.
Langkah 4: Latih Tim, Jangan Hanya Perintah
Luangkan waktu untuk melatih tim. Bisa lewat sesi mentoring informal, sharing session, atau feedback mingguan. Pemimpin operasional yang kuat adalah leader yang membangun pemimpin baru, bukan sekadar operator sistem.
Langkah 5: Evaluasi Diri Secara Berkala
Buat catatan pribadi: apa hal yang sukses bulan ini, apa yang gagal, siapa tim yang berkembang. Jadikan evaluasi ini sebagai bahan refleksi dan perbaikan.
Studi Kasus dan Kisah Nyata dari Lapangan Operasional
Mari kita akhiri dengan satu kisah nyata yang menggambarkan esensi pemimpin operasional sejati:
Kasus: Divisi Gudang Marketplace Nasional
Di tahun 2021, salah satu marketplace besar di Indonesia menghadapi masalah overload pesanan saat promo besar-besaran. Gudang utama mereka di Cikarang sempat lumpuh selama 48 jam. Pesanan menumpuk, pelanggan marah, CS kewalahan.
Lalu muncullah Riko, kepala operasional gudang. Ia tidak menyalahkan tim. Ia langsung buka tenda darurat, mendatangkan 50 tenaga tambahan dari vendor, mengalihkan sebagian pesanan ke gudang cabang, dan menyiapkan lembur dengan sistem shift.
Dalam 3 hari, backlog pesanan bisa diselesaikan. Timnya bahkan dapat apresiasi dari direksi karena menyelamatkan reputasi brand.
Apa yang dilakukan Riko? Dia tenang dalam krisis, berpikir sistemik, dan mengatur sumber daya secara cepat. Itu esensi pemimpin operasional.
Penutup: Pemimpin Operasional adalah Penjaga Mesin Bisnis
Menjadi pemimpin operasional itu seperti jadi dirigen orkestra. Ia tidak selalu di depan panggung, tapi seluruh harmoni kerja tergantung pada arahannya. Kadang tidak glamor, tapi esensial.
Ia harus punya kombinasi: kepala dingin, logika tajam, hati yang adil, dan tangan yang cekatan.
Dan satu hal terakhir: tidak semua pemimpin operasional terlahir jenius. Banyak dari mereka tumbuh karena pengalaman, belajar dari kesalahan, dan punya komitmen jangka panjang.
Jadi jika kamu sekarang berada di posisi supervisor, koordinator, atau bahkan staf yang ingin naik level, mulailah dari memahami prinsip ini:
“Operasional itu bukan sekadar menjalankan, tapi memastikan semua berjalan—tanpa harus selalu terlihat.”
Baca Juga Artikel dari: Monitoring Digital: Kunci Bisnis Sukses dengan Strategi Cerdas
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Management