Waktu usia saya masuk kepala tiga, saya mulai sadar—pensiun itu bukan cuma cerita bapak-bapak yang pakai batik tiap Jumat dan siap-siap upacara perpisahan kantor. Dana pensiun adalah masa yang pasti datang—entah kita siap atau tidak.
Saya pernah iseng buka kalkulator pensiun online, dan hasilnya bikin kaget. Ternyata kalau ingin pensiun tenang di usia 60, saya harus punya tabungan pensiun miliaran rupiah. Padahal waktu itu saya bahkan belum punya dana darurat yang stabil.
Itu titik baliknya. Saya mulai tanya-tanya, baca-baca, dan menyusun rencana. Dan sekarang, saya ingin berbagi apa yang saya pelajari, supaya kamu nggak merasa telat kayak saya dulu.
Kenapa Dana Pensiun Itu Penting?
Banyak orang berpikir bahwa nanti kalau pensiun, biayanya akan jauh lebih ringan. Tapi kenyataannya?
-
Biaya hidup tetap ada, bahkan bisa naik (terutama biaya kesehatan)
-
Tidak ada lagi penghasilan aktif dari gaji
-
Anak-anak sudah mandiri dan punya kehidupan sendiri
-
Kalau tidak punya tabungan, bisa jadi bergantung pada orang lain
Jadi, pensiun bukan berarti hidup lebih murah. Justru kita butuh tabungan yang bisa menopang hidup tanpa harus bekerja lagi.
Dan ingat, umur harapan hidup di Indonesia sekarang sudah di atas 70 tahun. Kalau kamu pensiun di usia 55 atau 60, kamu harus menyiapkan uang untuk hidup 15–25 tahun ke depan.
Berapa Sebenarnya Dana Pensiun yang Harus Ditabung?
Ini pertanyaan yang paling sering saya dengar—dan juga yang paling saya tanyakan ke diri sendiri.
Jawaban pendeknya: tergantung gaya hidup dan pengeluaran bulanan yang kamu inginkan saat pensiun.
Tapi mari kita pakai rumus sederhana.
Langkah 1: Tentukan Biaya Hidup Bulanan Saat Pensiun
Misalnya kamu ingin hidup nyaman dengan Rp10 juta per bulan (sudah termasuk kesehatan, makan, transport, hiburan ringan).
Artinya, dalam setahun kamu butuh Rp120 juta.
Langkah 2: Kalikan dengan Estimasi Lama Hidup Setelah Pensiun
Misalnya kamu pensiun di usia 60 dan berharap hidup hingga 80 tahun.
Itu berarti:
Rp120 juta x 20 tahun = Rp2,4 miliar
Ini masih belum termasuk inflasi.
Kalau kita tambahkan estimasi inflasi tahunan 4%, maka kebutuhan dana pensiun bisa naik jadi sekitar Rp4–5 miliar.
Kaget? Saya juga waktu pertama kali lihat angka itu. Tapi angka itu jadi lebih masuk akal kalau kita menabung dan berinvestasi sejak sekarang.
Kapan Harus Mulai Menabung Dana Pensiun?
Jawaban jujurnya: secepatnya. Semakin cepat kamu mulai, semakin ringan bebanmu.
Contoh:
-
Mulai usia 25: cukup sisihkan 10–15% penghasilan
-
Mulai usia 35: harus naik ke 20–30%
-
Mulai usia 45: bisa butuh lebih dari 40% gaji
Waktu saya baru sadar dan mulai serius di usia 33, saya hitung-hitung harus menyisihkan sekitar 25% penghasilan bulanan jika ingin mencapai target dana pensiun ideal di usia 60. Nggak ringan, tapi masih masuk akal.
Instrumen Keuangan untuk Dana Pensiun
Saya dulu hanya menabung di rekening biasa. Tapi setelah belajar, saya sadar: menabung saja tidak cukup. Harus diinvestasikan.
Beberapa instrumen yang saya pertimbangkan dan sebagian saya pakai:
1. Tabungan Pensiun atau DPLK
Produk pensiun resmi dari bank atau perusahaan asuransi, seperti Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Kita bisa setor rutin tiap bulan, dan dana dikelola secara konservatif hingga pensiun. Ada pilihan profil risiko juga.
Saya sendiri membuka DPLK lewat kantor yang bekerja sama dengan bank swasta nasional. Kontribusinya otomatis dipotong dari gaji, jadi praktis.
Kalau ingin lihat simulasi dan info resmi soal DPLK, kamu bisa cek langsung di situs OJK sebagai referensi yang kredibel.
2. Reksadana
Saya pilih reksadana campuran dan reksadana saham untuk jangka panjang. Praktis, bisa dimulai dari Rp100.000, dan hasilnya bisa melampaui inflasi.
3. Saham
Lebih cocok untuk yang sudah paham risiko. Saya sisihkan sebagian kecil untuk beli saham blue chip jangka panjang.
4. Properti
Beberapa teman saya investasi tanah atau rumah kecil untuk disewakan. Jadi saat pensiun, tetap ada aliran dana pasif.
5. Emas
Sebagai lindung nilai. Saya menabung emas digital bulanan lewat aplikasi yang sudah terdaftar OJK.
Yang penting adalah diversifikasi. Jangan taruh semua telur di satu keranjang. Saya membagi dana pensiun ke beberapa instrumen supaya lebih aman.
Kesalahan yang Pernah Saya Lakukan (dan Harus Kamu Hindari)
Saya nggak langsung paham semua hal ini. Ada beberapa kesalahan yang saya lakukan di awal, dan saya harap kamu bisa belajar dari sini:
-
Menunda terlalu lama
Saya pikir masih muda, masih banyak waktu. Ternyata, semakin ditunda, beban menabung makin besar.
-
Tidak menghitung inflasi
Awalnya saya kira punya Rp1 miliar saat pensiun sudah cukup. Tapi setelah hitung inflasi 4% per tahun, nilainya akan jauh berkurang.
-
Fokus ke jangka pendek
Saya terlalu sibuk mengejar cicilan mobil dan liburan, sampai lupa menyiapkan masa pensiun.
-
Takut investasi
Dulu saya takut rugi di reksadana atau saham. Tapi ternyata kalau paham risikonya dan pilih jangka panjang, potensi pertumbuhannya besar.
-
Tidak disiplin
Sempat saya tarik tabungan pensiun untuk keperluan konsumtif. Sekarang saya buat akun khusus yang sulit diakses untuk dana pensiun.
Cara Mudah dan Disiplin Menabung Dana Pensiun
Setelah beberapa tahun mencoba berbagai metode, ini yang paling efektif buat saya:
1. Autodebet
Setiap tanggal gajian, dana pensiun langsung dipotong otomatis. Tidak terasa, dan jadi kebiasaan.
2. Pisahkan Rekening
Buat rekening atau akun investasi khusus pensiun. Jangan dicampur dengan tabungan sehari-hari.
3. Gunakan Aplikasi Simulasi
Saya sering pakai aplikasi finansial seperti Finansialku dan Bareksa untuk simulasi dana pensiun dan target investasi bulanan.
4. Naikkan Setoran Secara Berkala
Setiap kali dapat kenaikan gaji, saya tambahkan 5% untuk dana pensiun. Kecil tapi konsisten.
5. Libatkan Pasangan
Kami diskusikan tujuan pensiun bersama, supaya lebih kompak dan bisa saling mengingatkan.
Target Dana Pensiun Saya: Hidup Layak dan Tetap Aktif
Saya tidak bermimpi pensiun di villa mewah atau keliling dunia. Tapi saya ingin hidup tenang, tetap produktif, dan tidak membebani anak.
Impian saya sederhana:
-
Punya rumah kecil di daerah sejuk
-
Bisa berkebun dan menulis buku
-
Tetap punya penghasilan pasif
-
Kesehatan terjaga dan bisa mandiri
Itu alasan saya serius mempersiapkan pensiun sejak sekarang. Karena hidup layak di masa tua itu bukan soal kaya, tapi soal siap secara financial dan mental.
Penutup: Pensiun Itu Pasti, Nyaman atau Tidak Itu Pilihan
Saya sering bilang ke teman: “Kamu nggak bisa bilang ‘nggak siap pensiun.’ Karena pensiun itu bukan pilihan—itu takdir.”
Yang bisa kita pilih adalah: mau hidup pas-pasan, atau hidup layak dan tenang.
Dan semua itu ditentukan dari sekarang. Dari pilihanmu hari ini: mau mulai menabung, atau mau menunggu dan berharap semuanya baik-baik saja.
Mulailah dari kecil. Konsisten. Dan jangan tunggu “nanti.”
Peminjam dan yang meminjam harus sama sama tahu: Risiko Kredit: Faktor yang Mempengaruhi Keamanan Pinjaman