Jakarta, opinca.sch.id – Di balik gedung tinggi yang sibuk, meja-meja kerja yang sibuk oleh laptop, dan perencanaan bisnis yang rapi di papan tulis—ada satu roda yang terus bergerak dalam diam: driver operational. Peran yang sering luput dari sorotan, namun keberadaannya vital, bahkan kadang krusial.
Driver operational bukan hanya supir yang duduk di balik kemudi. Mereka adalah bagian dari sistem kerja yang lebih besar—mengantar dokumen penting ke klien, membawa barang antar gudang, menjemput alat kerja ke vendor, hingga mendukung agenda direktur di lapangan. Di beberapa perusahaan, mereka bahkan jadi “wajah pertama” yang berinteraksi langsung dengan mitra eksternal.
Ambil contoh Pak Budi, seorang driver operational di perusahaan distributor alat kesehatan. Dalam sehari, ia bisa keliling tiga kota: mengantarkan stok oksimeter ke rumah sakit, menjemput paket alat ukur dari vendor, dan terakhir, mengantar tim sales ke presentasi tender. Tanpa keterlambatan, tanpa komplain. “Saya nggak boleh sakit,” katanya sambil tersenyum. “Kalau saya lambat, semua bisa mundur jadwalnya.”
Kalimat itu bukan sekadar kata-kata. Dalam skema kerja yang saling berantai, keterlambatan satu titik bisa mengacaukan satu hari penuh. Dan driver operational-lah yang menjaga ritme itu tetap stabil, dari balik kemudi dan radio komunikasi.
Tugas Nyata di Lapangan – Apa Saja yang Dikerjakan Driver Operational?

Banyak orang mengira tugas driver hanya soal mengemudi. Padahal, di lapangan, peran driver operational lebih kompleks dan dinamis, tergantung jenis usaha atau bidang kerjanya.
Inilah beberapa tugas utama mereka:
-
Mengantar dan menjemput barang: Baik berupa dokumen penting, alat kerja, barang produksi, atau material promosi. Semua harus sampai tepat waktu dan dalam kondisi utuh.
-
Menjemput dan mengantar karyawan atau manajemen: Termasuk tamu kantor, tim teknisi, atau direksi. Jadwal sering padat dan berubah-ubah, menuntut fleksibilitas tinggi.
-
Mengecek dan merawat kendaraan operasional: Driver wajib memastikan kendaraan dalam kondisi prima sebelum dan sesudah digunakan. Ini termasuk cek oli, ban, air radiator, dan kebersihan kabin.
-
Mengisi log book atau laporan perjalanan: Agar tim administrasi tahu jadwal kerja harian, lokasi tujuan, waktu tempuh, dan konsumsi bahan bakar.
-
Menjaga kerahasiaan dan etika profesional: Banyak driver operational mendampingi direksi atau membawa dokumen penting, artinya kepercayaan dan sikap diam jadi bagian dari profesionalisme mereka.
Bahkan, beberapa perusahaan menjadikan driver sebagai penghubung koordinasi antar divisi—dalam kasus perusahaan manufaktur, misalnya, driver juga melaporkan kondisi gudang atau kendala di jalur distribusi yang ia lihat sendiri di lapangan.
Tantangan yang Tak Terlihat – Rintangan Sehari-hari Seorang Driver Operational
Bayangkan harus menyetir dari Jakarta ke Karawang jam 5 pagi, hujan deras, klien sudah menunggu, dan lalu lintas tidak bersahabat. Begitulah keseharian yang tidak semua orang tahu.
Driver operational menghadapi tantangan yang seringkali tidak tertulis di kontrak kerja, seperti:
-
Kemacetan dan cuaca ekstrem: Waktu perjalanan bisa jadi tak terduga, dan target waktu pengantaran tetap harus dipenuhi.
-
Tuntutan multitasking: Kadang sambil mengemudi, mereka juga harus mendampingi rekan kerja yang tidak hafal lokasi atau membantu mengatur barang di bagasi.
-
Tekanan waktu dan perubahan mendadak: “Tolong antar sekarang juga ke klien A, tadi kita lupa dokumen kontrak!” adalah jenis perintah yang sering muncul secara tiba-tiba.
-
Risiko keamanan di jalan: Mulai dari potensi kecelakaan, kehilangan barang, sampai kondisi rute yang tidak semua terjamin aman.
-
Jam kerja tidak menentu: Kadang harus standby akhir pekan, atau mengantar tamu penting hingga larut malam. Meskipun tidak tertulis, loyalitas dan komitmen sering menjadi standar tak tertulis di banyak perusahaan.
Namun, justru dari tantangan itulah muncul keahlian. Driver yang terbiasa di jalan tahu shortcut mana yang aman, tahu jam sepi lalu lintas, tahu lokasi pom bensin terdekat, dan tahu bagaimana merespon klien dengan sopan. Pengetahuan lapangan yang tidak dimiliki Google Maps.
Soft Skill dan Etika yang Wajib Dimiliki Driver Operational
Meski pekerjaan ini banyak mengandalkan keterampilan fisik dan teknis, soft skill dan etika kerja jadi penentu apakah seorang driver operational bisa diandalkan dan dihormati.
Beberapa kualitas penting yang harus dimiliki:
-
Kejujuran dan integritas: Driver membawa aset perusahaan—baik itu kendaraan, barang, maupun dokumen. Mereka harus dipercaya sepenuhnya.
-
Komunikasi yang baik: Mampu menyampaikan informasi penting dengan jelas, termasuk jika terjadi kendala di lapangan.
-
Kedisiplinan waktu: Tidak ada toleransi untuk keterlambatan, apalagi jika menyangkut jadwal direksi atau agenda tender.
-
Keramahan dan etika profesional: Apalagi jika harus berinteraksi dengan klien atau tamu eksternal.
-
Kemampuan navigasi dan adaptasi lokasi: Tidak semua lokasi mudah ditemukan. Driver harus mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan lokasi atau rute.
-
Kemampuan mencatat laporan: Meskipun terdengar sepele, log perjalanan dan konsumsi bahan bakar menjadi acuan bagi bagian keuangan dan HR.
Di beberapa perusahaan ternama, bahkan driver operational diikutkan dalam pelatihan customer handling dan safety driving. Hal ini menunjukkan bahwa peran mereka sudah tidak bisa lagi dipandang sebagai “pekerjaan pembantu.”
Mereka adalah representasi langsung profesionalisme perusahaan.
Masa Depan Profesi Driver Operational di Era Otomatisasi
Munculnya kendaraan listrik, GPS otomatis, bahkan mobil self-driving sempat membuat orang berpikir bahwa profesi driver akan tergantikan. Tapi realitanya, di Indonesia, peran driver operational masih sangat relevan dan tak tergantikan—minimal dalam 10–15 tahun ke depan.
Kenapa?
Karena pekerjaan driver operational bukan hanya soal mengemudi. Tapi soal fleksibilitas, layanan langsung, komunikasi, serta tanggung jawab atas barang dan jadwal yang tidak bisa diserahkan pada mesin sepenuhnya.
Bahkan, tren digital justru membuat profesi ini lebih dihargai. Banyak perusahaan mulai menggunakan aplikasi pelacak armada, monitoring konsumsi BBM, dan logistik berbasis sistem. Driver dituntut untuk lebih tech-savvy—mengisi laporan digital, menggunakan GPS berbasis cloud, hingga memahami dashboard kendaraan modern.
Selain itu, peluang jenjang karier juga mulai terbuka. Banyak driver yang naik level menjadi:
-
Koordinator logistik
-
Supervisor armada
-
Staf operasional senior
-
Petugas kontrol rute dan delivery
Dengan bekal loyalitas, pengalaman lapangan, dan kemauan belajar, profesi driver operational bisa berkembang lebih dari yang dibayangkan.
Penutup: Saat Dunia Bergerak Cepat, Driver Operational Menjadi Rem dan Akselerator Sekaligus
Tak banyak yang menyadari bahwa saat rapat besar berlangsung, dokumen pentingnya sudah diantar semalam sebelumnya oleh driver. Bahwa saat showroom buka tepat pukul 09.00, semua display sudah rapi karena ada yang datang sejak subuh. Bahwa saat sebuah proyek dimulai, materialnya sudah siap di lokasi karena satu orang mengemudikan truknya semalaman.
Itulah driver operational. Profesi yang mungkin tidak banyak diliput media, tapi jasanya terasa nyata di setiap proses kerja yang kita jalani. Tanpa mereka, logistik berantakan. Jadwal kacau. Dan kepercayaan klien bisa ambruk hanya karena satu dokumen terlambat.
Maka sudah waktunya kita memandang profesi ini tidak lagi sebagai peran pinggiran. Tapi sebagai pilar utama dalam ekosistem kerja modern. Karena dalam dunia yang terus bergerak, mereka yang mampu menggerakkan dengan tenang adalah mereka yang layak mendapat tempat paling stabil di roda organisasi.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Management
Baca Juga Artikel Dari: Tugas Operational: Menyelami Peran Vital di Balik Organisasi
