Pemkot Depok dan Bantuan Operasional Masjid: Menjaga Spirit

Jakarta, opinca.sch.id – Sebagai pembawa berita yang kerap turun langsung ke lapangan, saya pernah berada di sebuah masjid kecil di pinggiran Sawangan, Depok, saat subuh pertama bulan Ramadan. Masjid itu tak mewah, hanya berdinding bata tanpa cat, namun penuh oleh jemaah. Di ujung ruang imam, ada kotak infak kayu yang warnanya sudah pudar. Saat itulah saya bertanya pada salah satu pengurusnya, Pak Haji Salim.

“Kalau tidak ada bantuan operasional dari Pemkot Depok, mungkin speaker masjid ini sudah rusak dari tahun lalu,” ucapnya sambil tersenyum.

Masjid bukan sekadar tempat ibadah. Di tengah hiruk-pikuk kota seperti Depok—yang terus tumbuh jadi salah satu kota satelit Jakarta yang paling padat—masjid adalah simpul komunitas, ruang spiritual, sekaligus pusat kegiatan sosial. Maka ketika pemerintah kota turun tangan memberi bantuan operasional, itu bukan hanya soal dana. Itu tentang menjaga denyut kehidupan masyarakat.

Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana Pemkot Depok mengelola dan menyalurkan bantuan operasional masjid, mulai dari mekanisme hingga dampaknya di lapangan. Juga akan dibahas tantangan yang dihadapi dan harapan dari para pengurus masjid kecil maupun besar.

Realitas Operasional Masjid di Kota Besar: Bukan Cuma Soal Listrik dan Air

Pemkot Depok

Banyak yang membayangkan operasional masjid hanya butuh bayar listrik, air, dan beli karpet. Padahal, kenyataannya jauh lebih kompleks. Di Depok, yang memiliki ratusan masjid dari ukuran kecil hingga besar, kebutuhan itu bisa meliputi:

  • Perawatan sound system

  • Renovasi kecil seperti atap bocor atau pengecatan

  • Biaya pengajian rutin (honor ustaz)

  • Operasional TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an)

  • Perlengkapan kebersihan, terutama pasca pandemi

  • Pengelolaan kegiatan sosial, seperti santunan anak yatim dan buka puasa bersama

Pak Nurdiansyah, pengurus Masjid Al-Falah di Beji, pernah bercerita bahwa pengeluaran bulanan mereka bisa mencapai dua juta rupiah, padahal infak mingguan tidak selalu stabil.

“Kadang jemaah banyak, infak pun naik. Tapi di bulan-bulan biasa, hanya cukup untuk sabun dan listrik,” katanya.

Inilah mengapa kehadiran bantuan operasional dari Pemkot Depok sangat berarti—bukan hanya bagi masjid besar di jalan utama, tapi terutama bagi masjid kecil yang tersembunyi di kampung-kampung padat.

Program Pemkot Depok untuk Masjid: Sejarah, Anggaran, dan Mekanismenya

Pemerintah Kota Depok, melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Depok, secara rutin menyalurkan bantuan operasional ke masjid dan mushola.

a. Asal Usul Program

Program ini mulai berjalan secara sistematis sejak awal 2010-an, di bawah kepemimpinan wali kota saat itu yang memperkuat posisi Depok sebagai “kota religius dan berbudaya”. Sejak itu, Pemkot tak hanya mendukung pembangunan fisik masjid, tapi juga operasional hariannya.

b. Besaran Bantuan

Besarnya bantuan bervariasi tergantung kebutuhan dan kapasitas masjid:

  • Masjid besar tingkat kelurahan bisa mendapat Rp 5-10 juta per tahun

  • Masjid kampung atau mushola biasanya Rp 2-3 juta

  • Bantuan berbasis program (seperti pesantren kilat atau TPA) bisa lebih fleksibel

Dana ini bersumber dari APBD, yang disalurkan melalui pengajuan proposal oleh pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Masjid). Prosesnya, meskipun kadang dianggap ribet, kini sudah mulai banyak disederhanakan dengan format digital.

c. Proses Pengajuan

Berikut proses singkat yang biasa dilakukan:

  1. Masjid mengajukan proposal bantuan lengkap dengan dokumentasi dan RAB (Rencana Anggaran Biaya)

  2. Proposal diverifikasi oleh tim kecamatan atau kelurahan

  3. Tim Kesra Pemkot dan/atau BAZNAS melakukan verifikasi lapangan (sampling)

  4. Bantuan disalurkan via rekening bank resmi atas nama DKM

Kini, bahkan sudah ada upaya untuk mengintegrasikan semua pengajuan ke dalam sistem Depok Single Window.

Dampak Bantuan Operasional bagi Kehidupan Masjid: Studi Kasus Lapangan

Ada ungkapan, “Duit bisa dicari, tapi ketulusan susah diganti.” Tapi kadang, tanpa dana, ketulusan pun terhambat. Saya melihat sendiri bagaimana bantuan operasional ini berdampak pada geliat kegiatan masjid.

a. Masjid Nurul Hikmah di Pancoran Mas

Sebelum mendapat bantuan dari Pemkot, kegiatan TPA mereka hanya bisa dilakukan 2 kali seminggu karena keterbatasan dana untuk ustaz. Setelah menerima bantuan Rp 3 juta, jadwal TPA bertambah, bahkan sempat menyelenggarakan lomba adzan kecil-kecilan.

“Anak-anak jadi semangat. Kami juga merasa dihargai sebagai pengurus,” kata Ibu Nanik, salah satu relawan TPA.

b. Masjid Ar-Rahmah di Cipayung

Dengan bantuan operasional, masjid ini mengganti seluruh bohlam tua dengan lampu hemat energi. Selain lebih terang, tagihan listrik turun 30%. Dana sisanya digunakan untuk membeli rak sepatu dan karpet tambahan.

c. Masjid Raya Al-Muhajirin di Sawangan

Masjid besar ini menggunakan dana bantuan untuk upgrade speaker dan membeli wireless mic. Dampaknya? Suara khotbah jadi jernih, jemaah bertambah, dan kegiatan sosial lebih sering digelar.

Bukan cuma soal fasilitas. Yang lebih penting adalah perasaan dihargai dan didukung oleh pemerintah.

Tantangan dan Harapan dari Lapangan

Tentu tidak semua cerita berakhir manis. Ada juga tantangan yang dihadapi dalam implementasi bantuan operasional ini.

a. Birokrasi Berbelit

Beberapa pengurus DKM mengeluhkan lamanya proses pengajuan. Kadang, proposal harus bolak-balik dikoreksi. Ada juga yang kesulitan memahami format laporan keuangan yang diminta.

“Kami bukan akuntan. Tapi disuruh bikin laporan layaknya proyek besar,” keluh Pak Ridwan, pengurus mushola di Limo.

b. Masih Ada Masjid yang Tertinggal

Tidak semua masjid aktif mengajukan bantuan, entah karena kurang informasi, keterbatasan SDM, atau akses yang sulit. Di beberapa RW, masjid kecil lebih mengandalkan infak semata karena tidak tahu prosedur pengajuan bantuan.

c. Potensi Tumpang Tindih dengan Bantuan dari Ormas atau Partai

Dalam beberapa kasus, masjid menerima bantuan dari dua sumber berbeda tanpa pelaporan yang baik. Ini berpotensi menimbulkan masalah saat audit atau pertanggungjawaban.

Harapannya? Banyak pengurus mengusulkan adanya pendampingan dari kelurahan atau KUA bagi masjid-masjid kecil agar bisa memanfaatkan program ini secara maksimal. Beberapa juga berharap ada pelatihan pengelolaan keuangan untuk DKM agar lebih profesional.

Masjid Masa Depan dan Peran Pemerintah: Lebih dari Sekadar Dana

Di era digital dan urbanisasi seperti sekarang, masjid tidak bisa hanya menjadi ruang salat. Ia harus menjadi pusat kegiatan sosial, literasi keislaman, dan solidaritas warga. Dan di situlah peran Pemkot Depok menjadi strategis.

a. Transformasi Masjid sebagai Smart Mosque

Bayangkan jika masjid di Depok terintegrasi dengan aplikasi digital. Jemaah bisa cek jadwal salat, mendaftar kajian, bahkan membayar infak lewat QRIS. Beberapa masjid besar sudah mulai ke arah ini. Pemkot bisa memfasilitasi pelatihan dan infrastruktur digital.

b. Dukungan untuk Program Sosial Berbasis Masjid

Bantuan operasional bisa dikembangkan untuk mendukung:

  • Pelatihan UMKM berbasis masjid

  • Klinik kesehatan gratis mingguan

  • Kegiatan pemuda dan literasi digital islami

  • Pojok baca dan edukasi lingkungan

c. Sinergi Masjid dengan Kampus dan Komunitas

Depok adalah kota pelajar. Bayangkan jika setiap masjid bermitra dengan mahasiswa untuk program pengabdian masyarakat—dari pelatihan komputer, edukasi hukum Islam, hingga workshop keuangan syariah.

Dengan dukungan Pemkot, sinergi ini bukan mimpi.

Penutup: Menjaga Masjid, Menjaga Identitas Kota

Bantuan operasional masjid bukan hanya tentang anggaran. Itu adalah bentuk keberpihakan terhadap identitas dan nilai spiritual masyarakat. Di kota seperti Depok, yang kian padat, sibuk, dan dinamis, masjid adalah oase.

Pemkot Depok telah melangkah ke arah yang benar. Tapi jalan masih panjang. Dukungan harus lebih dari sekadar proposal dan pencairan dana. Ia harus menjelma menjadi ekosistem yang menghidupkan masjid, memberdayakan umat, dan merangkul generasi muda.

Karena dalam sunyi doa dan lantunan tadarus, tersimpan harapan yang tak terlihat. Dan lewat bantuan operasional, Pemkot Depok telah membantu menjaganya tetap menyala. Teruslah melangkah. Masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi cermin wajah masyarakat kita. Dan kota yang memuliakan masjid adalah kota yang punya masa depan.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Management

Baca Juga Artikel dari: Penempatan Kabel Jaringan: Seni Tersembunyi di Balik Koneksi

Silahkan Kunjungi Website Resmi: Inca Berita

Author

Scroll to Top